Saturday, October 29, 2005

Take Your Time

ambilah waktu untuk berfikir,
karena itulah sumber kekuatan.

ambilah waktu untuk membaca,
karena itulah sumber hikmat.

ambilah waktu untuk bermain,
karena itulah rahasia untuk tetap muda.

ambilah waktu untuk berdiam,
karena itulah kesempatan untuk mencari allah.

ambilah waktu untuk mengasihi dan dikasihi,
karena itulah anugrah allah yang terbesar.

ambilah waktu untuk tertawa,
karena itulah musik bagi jiwamu.

ambilah waktu untuk bersahabat,
karena itulah jalan kebahagiaan.

ambilah waktu untuk berdoa,
karena itulah kekuatan terbesar dipermukaan bumi ini.

tapi sayang, orang-orang modern selalu berkata:
"maaf saya sibuk, tidak ada waktu."
Dan, Itulah tragedi

adinda arimbi saraswati
15 mei 1997

Friday, October 28, 2005

GIE dalam kata katanya sendiri


Kutipan kata kata yang telah terlontar dari seorang Soe Hok Gie.......

  • Pertanyaan pertama yang harus kita jawab adalah: Who am I? Saya telah menjawab bahwa saya adalah seorang intelektual yang tidak mengejar kuasa tapi seorang yang ingin mencanangkan kebenaran. Dan saya bersedia menghadapi ketidak-populeran, karena ada suatu yang lebih besar: kebenaran.
  •  Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor. Lumpur-lumpur yang kotor. Tapi suatu saat di mana kita tidak dapat menghindari diri lagi, maka terjunlah.
  • Guru yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan Dewa dan selalu benar, dan murid bukan kerbau.
  •  Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda.
  •  Saya memutuskan bahwa saya akan bertahan dengan prinsip-prinsip saya. Lebih baik diasingkan daripada menyerah terhadap kemunafikan.
  •  Mimpi saya yang terbesar, yang ingin saya laksanakan adalah, agar mahasiswa Indonesia berkembang menjadi "manusia-manusia yang biasa". Menjadi pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi yang bertingkah laku sebagai seorang manusia yang normal, sebagai seorang manusia yang tidak mengingkari eksistensi hidupnya sebagai seorang mahasiswa, sebagai seorang pemuda dan sebagai seorang manusia.
  •  Saya ingin melihat mahasiswa-mahasiswa, jika sekiranya ia mengambil keputusan yang mempunyai arti politis, walau bagaimana kecilnya, selalu didasarkan atas prinsip-prinsip yang dewasa. Mereka yang berani menyatakan benar sebagai kebenaran, dan salah sebagai kesalahan. Dan tidak menerapkan kebenaran atas dasar agama, ormas, atau golongan apapun.
  •  Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan golongan, ormas, teman seideologi dan lain-lain. Setiap tahun datang adik-adik saya dari sekolah menengah. Mereka akan jadi korban-korban baru untuk ditipu oleh tokoh-tokoh mahasiswa semacam tadi.
  •  Sejarah dunia adalah sejarah pemerasan. Apakah tanpa pemerasan sejarah tidak ada? Apakah tanpa kesedihan, tanpa pengkhianatan, sejarah tidak akan lahir?
  •  Bagiku perjuangan harus tetap ada. Usaha penghapusan terhadap kedegilan, terhadap pengkhianatan, terhadap segala-gala yang non humanis...
  •  Kita seolah-olah merayakan demokrasi, tetapi memotong lidah orang-orang yang berani menyatakan pendapat mereka yang merugikan pemerintah.
  • Bagi saya KEBENARAN biarpun bagaimana sakitnya lebih baik daripada kemunafikan. Dan kita tak usah merasa malu dengan kekurangan-kekurangan kita.
  •  Potonglah kaki tangan seseorang lalu masukkan di tempat 2 x 3 meter dan berilah kebebasan padanya. Inilah kemerdekaan pers di Indonesia.
  •  To be a human is to be destroyed.
  •  Saya tak mau jadi pohon bambu, saya mau jadi pohon oak yang berani menentang angin.
  •  Saya putuskan bahwa saya akan demonstrasi. Karena mendiamkan kesalahan adalah kejahatan.
  •  I’m not an idealist anymore, I’m a bitter realist.
  •  Saya kira saya tak bisa lagi menangis karena sedih. Hanya kemarahan yang membuat saya keluar air mata.
  •  Bagiku ada sesuatu yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan: dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan.
  •  Saya tak tahu mengapa, Saya merasa agak melankolik malam ini. Saya melihat lampu-lampu kerucut dan arus lalu lintas jakarta dengan warna-warna baru. Seolah-olah semuanya diterjemahkan dalam satu kombinasi wajah kemanusiaan. Semuanya terasa mesra tapi kosong. Seolah-olah saya merasa diri saya yang lepas dan bayangan-bayangan yang ada menjadi puitis sekali di jalan-jalan. Perasaan sayang yang amat kuat menguasai saya. Saya ingin memberikan sesuatu rasa cinta pada manusia, pada anjing-anjing di jalanan, pada semua-muanya.
  • Tak ada lagi rasa benci pada siapapun. Agama apapun, ras apapun dan bangsa apapun. Dan melupakan perang dan kebencian. Dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia yang lebih baik.

Kisah Seorang Sendiri

Untuk seorang teman......

kosong harinya, terkatung hidupnya
seribu pinta tuk dapatkan bahagia
semua harap tuk dapatkan tawa yang sesungguhnya
sluruh tulus tuk dapatkan cinta
semua darah tuk kembalikan

segalanya yang sudah musnah
telatkah langkahku?
adakah waktuku?
tuk kembali merasakan indah yg ada

senyumnya sodetan dihati
riangnya tangisan sedih sepanjang hari
tegarnya hancurkan puing kelemahan
tawanya hiburan dari segala kesalahan
sendiri jiwanya, sepi hatinya

Friday, October 21, 2005

Cinta Laki laki biasa

Nice Story for all.....

Cinta Laki-laki Biasa
Karya Asma Nadia dari kumpulan cerpen Cinta Laki-laki Biasa


MENJELANG hari H, Nania masih saja sulit mengungkapkan alasan kenapa dia
mau menikah dengan lelaki itu. Baru setelah menengok ke belakang,
hari-hari
yang dilalui, gadis cantik itu sadar, keheranan yang terjadi bukan
semata
miliknya, melainkan menjadi milik banyak orang; Papa dan Mama,
kakak-kakak,
tetangga, dan teman-teman Nania. Mereka ternyata sama herannya.

"Kenapa?" tanya mereka di hari Nania mengantarkan surat undangan.

Saat itu teman-teman baik Nania sedang duduk di kantin menikmati
hari-hari
sidang yang baru saja berlalu. Suasana sore di kampus sepi.
Berpasang-pasang mata tertuju pada gadis itu.

Tiba-tiba saja pipi Nania bersemu merah, lalu matanya berpijar bagaikan
lampu neon limabelas watt. Hatinya sibuk merangkai kata-kata yang
barangkali beterbangan di otak melebihi kapasitas. Mulut Nania terbuka.
Semua menunggu. Tapi tak ada apapun yang keluar dari sana. Ia hanya
menarik
nafas, mencoba bicara dan? menyadari, dia tak punya kata-kata!

Dulu gadis berwajah indo itu mengira punya banyak jawaban, alasan detil
dan
spesifik, kenapa bersedia menikah dengan laki-laki itu. Tapi kejadian di
kampus adalah kali kedua Nania yang pintar berbicara mendadak gagap.
Yang
pertama terjadi tiga bulan lalu saat Nania menyampaikan keinginan Rafli
untuk melamarnya. Arisan keluarga Nania dianggap momen yang tepat karena
semua berkumpul, bahkan hingga generasi ketiga, sebab kakak-kakaknya
yang
sudah berkeluarga membawa serta buntut mereka.

"Kamu pasti bercanda!"

Nania kaget. Tapi melihat senyum yang tersungging di wajah kakak tertua,
disusul senyum serupa dari kakak nomor dua, tiga, dan terakhir dari Papa
dan Mama membuat Nania menyimpulkan: mereka serius ketika mengira Nania
bercanda.

Suasana sekonyong-konyong hening. Bahkan keponakan-keponakan Nania yang
balita melongo dengan gigi-gigi mereka yang ompong. Semua menatap Nania!

"Nania serius!" tegasnya sambil menebak-nebak, apa lucunya jika Rafli
memang melamarnya.

"Tidak ada yang lucu," suara Papa tegas, "Papa hanya tidak mengira Rafli
berani melamar anak Papa yang paling cantik!"

Nania tersenyum. Sedikit lega karena kalimat Papa barusan adalah
pertanda
baik. Perkiraan Nania tidak sepenuhnya benar sebab setelah itu
berpasang-pasang mata kembali menghujaninya, seperti tatapan mata penuh
seleidik seisi ruang pengadilan pada tertuduh yang duduk layaknya
pesakitan.

"Tapi Nania tidak serius dengan Rafli, kan?" Mama mengambil inisiatif
bicara, masih seperti biasa dengan nada penuh wibawa, "maksud Mama siapa
saja boleh datang melamar siapapun, tapi jawabannya tidak harus iya,
toh?"

Nania terkesima.

"Kenapa?"

Sebab kamu gadis Papa yang paling cantik.

Sebab kamu paling berprestasi dibandingkan kami. Mulai dari ajang
busana,
sampai lomba beladiri. Kamu juga juara debat bahasa Inggris, juara baca
puisi seprovinsi. Suaramu bagus!

Sebab masa depanmu cerah. Sebentar lagi kamu meraih gelar insinyur.
Bakatmu
yang lain pun luar biasa. Nania sayang, kamu bisa mendapatkan laki-laki
manapun yang kamu mau!

Nania memandangi mereka, orang-orang yang amat dia kasihi, Papa,
kakak-kakak, dan terakhir Mama. Takjub dengan rentetan panjang uraian
mereka atau satu kata 'kenapa' yang barusan Nania lontarkan.

"Nania Cuma mau Rafli," sahutnya pendek dengan airmata mengambang di
kelopak.

Hari itu dia tahu, keluarganya bukan sekadar tidak suka, melainkan
sangat
tidak menyukai Rafli. Ketidaksukaan yang mencapai stadium empat. Parah.

"Tapi kenapa?"

Sebab Rafli cuma laki-laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pendidikan
biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yang amat sangat
biasa.

Bergantian tiga saudara tua Nania mencoba membuka matanya.

"Tak ada yang bisa dilihat pada dia, Nania!"

Cukup!

Nania menjadi marah. Tidak pada tempatnya ukuran-ukuran duniawi menjadi
parameter kebaikan seseorang menjadi manusia. Di mana iman, di mana
tawakkal hingga begitu mudah menentukan masa depan seseorang dengan
melihat
pencapaiannya hari ini?

Sayangnya Nania lagi-lagi gagal membuka mulut dan membela Rafli.
Barangkali
karena Nania memang tidak tahu bagaimana harus membelanya. Gadis itu tak
punya fakta dan data konkret yang bisa membuat Rafli tampak 'luar
biasa'.
Nania Cuma punya idealisme berdasarkan perasaan yang telah menuntun
Nania
menapaki hidup hingga umur duapuluh tiga. Dan nalurinya menerima Rafli.
Di
sampingnya Nania bahagia.

Mereka akhirnya menikah.

***

Setahun pernikahan.

Orang-orang masih sering menanyakan hal itu, masih sering berbisik-bisik
di
belakang Nania, apa sebenarnya yang dia lihat dari Rafli. Jeleknya,
Nania
masih belum mampu juga menjelaskan kelebihan-kelebihan Rafli agar tampak
di
mata mereka.

Nania hanya merasakan cinta begitu besar dari Rafli, begitu besar hingga
Nania bisa merasakannya hanya dari sentuhan tangan, tatapan mata, atau
cara
dia meladeni Nania. Hal-hal sederhana yang membuat perempuan itu sangat
bahagia.

"Tidak ada lelaki yang bisa mencintai sebesar cinta Rafli pada Nania."

Nada suara Nania tegas, mantap, tanpa keraguan.

Ketiga saudara Nania hanya memandang lekat, mata mereka terlihat tak
percaya.

"Nia, siapapun akan mudah mencintai gadis secantikmu!"

"Kamu adik kami yang tak hanya cantik, tapi juga pintar!"

"Betul. Kamu adik kami yang cantik, pintar, dan punya kehidupan sukses!"

Nania merasa lidahnya kelu. Hatinya siap memprotes. Dan kali ini
dilakukannya sungguh-sungguh. Mereka tak boleh meremehkan Rafli.

Beberapa lama keempat adik dan kakak itu beradu argumen.

Tapi Rafli juga tidak jelek, Kak!

Betul. Tapi dia juga tidak ganteng kan?

Rafli juga pintar!

Tidak sepintarmu, Nania.

Rafli juga sukses, pekerjaannya lumayan.

Hanya lumayan, Nania. Bukan sukses. Tidak sepertimu.

Seolah tak ada apapun yang bisa meyakinkan kakak-kakaknya, bahwa adik
mereka beruntung mendapatkan suami seperti Rafli. Lagi-lagi percuma.

"Lihat hidupmu, Nania. Lalu lihat Rafli! Kamu sukses, mapan, kamu bahkan
tidak perlu lelaki untuk menghidupimu."

Teganya kakak-kakak Nania mengatakan itu semua. Padahal adik mereka
sudah
menikah dan sebentar lagi punya anak.

Ketika lima tahun pernikahan berlalu, ocehan itu tak juga berhenti.
Padahal
Nania dan Rafli sudah memiliki dua orang anak, satu lelaki dan satu
perempuan. Keduanya menggemaskan. Rafli bekerja lebih rajin setelah
mereka
memiliki anak-anak. Padahal itu tidak perlu sebab gaji Nania lebih dari
cukup untuk hidup senang.

"Tak apa," kata lelaki itu, ketika Nania memintanya untuk tidak terlalu
memforsir diri.

"Gaji Nania cukup, maksud Nania jika digabungkan dengan gaji Abang."

Nania tak bermaksud menyinggung hati lelaki itu. Tapi dia tak perlu
khawatir sebab suaminya yang berjiwa besar selalu bisa menangkap hanya
maksud baik.

"Sebaiknya Nania tabungkan saja, untuk jaga-jaga. Ya?"

Lalu dia mengelus pipi Nania dan mendaratkan kecupan lembut. Saat itu
sesuatu seperti kejutan listrik menyentakkan otak dan membuat pikiran
Nania
cerah.

Inilah hidup yang diimpikan banyak orang. Bahagia!

Pertanyaan kenapa dia menikahi laki-laki biasa, dari keluarga biasa,
dengan
pendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yang
amat
sangat biasa, tak lagi mengusik perasaan Nania.

Sebab ketika bahagia, alasan-alasan menjadi tidak penting.

Menginjak tahun ketujuh pernikahan, posisi Nania di kantor semakin
gemilang, uang mengalir begitu mudah, rumah Nania besar, anak-anak
pintar
dan lucu, dan Nania memiliki suami terbaik di dunia. Hidup perempuan itu
berada di puncak!

Bisik-bisik masih terdengar, setiap Nania dan Rafli melintas dan
bergandengan mesra. Bisik orang-orang di kantor, bisik tetangga kanan
dan
kiri, bisik saudara-saudara Nania, bisik Papa dan Mama.

Sungguh beruntung suaminya. Istrinya cantik.

Cantik ya? dan kaya!

Tak imbang!

Dulu bisik-bisik itu membuatnya frustrasi. Sekarang pun masih, tapi
Nania
belajar untuk bersikap cuek tidak peduli. Toh dia hidup dengan perasaan
bahagia yang kian membukit dari hari ke hari.

Tahun kesepuluh pernikahan, hidup Nania masih belum bergeser dari
puncak.
Anak-anak semakin besar. Nania mengandung yang ketiga. Selama kurun
waktu
itu, tak sekalipun Rafli melukai hati Nania, atau membuat Nania
menangis.

***

Bayi yang dikandung Nania tidak juga mau keluar. Sudah lewat dua minggu
dari waktunya.

"Plasenta kamu sudah berbintik-bintik. Sudah tua, Nania. Harus segera
dikeluarkan!"

Mula-mula dokter kandungan langganan Nania memasukkan sejenis obat ke
dalam
rahim Nania. Obat itu akan menimbulkan kontraksi hebat hingga perempuan
itu
merasakan sakit yang teramat sangat. Jika semuanya normal, hanya dalam
hitungan jam, mereka akan segera melihat si kecil.

Rafli tidak beranjak dari sisi tempat tidur Nania di rumah sakit. Hanya
waktu-waktu shalat lelaki itu meninggalkannya sebentar ke kamar mandi,
dan
menunaikan shalat di sisi tempat tidur. Sementara kakak-kakak serta
orangtua Nania belum satu pun yang datang.

Anehnya, meski obat kedua sudah dimasukkan, delapan jam setelah obat
pertama, Nania tak menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan. Rasa sakit
dan
melilit sudah dirasakan Nania per lima menit, lalu tiga menit. Tapi
pembukaan berjalan lambat sekali.

"Baru pembukaan satu."

"Belum ada perubahan, Bu."

"Sudah bertambah sedikit," kata seorang suster empat jam kemudian
menyemaikan harapan.

"Sekarang pembukaan satu lebih sedikit."

Nania dan Rafli berpandangan. Mereka sepakat suster terakhir yang
memeriksa
memiliki sense of humor yang tinggi.

Tigapuluh jam berlalu. Nania baru pembukaan dua. Ketika pembukaan pecah,
didahului keluarnya darah, mereka terlonjak bahagia sebab dulu-dulu
kelahiran akan mengikuti setelah ketuban pecah. Perkiraan mereka
meleset.

"Masih pembukaan dua, Pak!"

Rafli tercengang. Cemas. Nania tak bisa menghibur karena rasa sakit yang
sudah tak sanggup lagi ditanggungnya. Kondisi perempuan itu makin payah.
Sejak pagi tak sesuap nasi pun bisa ditelannya.

"Bang?"

Rafli termangu. Iba hatinya melihat sang istri memperjuangkan dua
kehidupan.

"Dokter?"

"Kita operasi, Nia. Bayinya mungkin terlilit tali pusar."

Mungkin?

Rafli dan Nania berpandangan. Kenapa tidak dari tadi kalau begitu?
Bagaimana jika terlambat?

Mereka berpandangan, Nania berusaha mengusir kekhawatiran. Ia senang
karena
Rafli tidak melepaskan genggaman tangannya hingga ke pintu kamar
operasi.
Ia tak suka merasa sendiri lebih awal.

Pembiusan dilakukan, Nania digiring ke ruangan serba putih. Sebuah sekat
ditaruh di perutnya hingga dia tidak bisa menyaksikan ketrampilan
dokter-dokter itu. Sebuah lagu dimainkan. Nania merasa berada dalam
perahu
yang diguncang ombak. Berayun-ayun. Kesadarannya naik-turun. Terakhir,
telinga perempuan itu sempat menangkap teriakan-teriakan di sekitarnya,
dan
langkah-langkah cepat yang bergerak, sebelum kemudian dia tak sadarkan
diri.

Kepanikan ada di udara. Bahkan dari luar Rafli bisa menciumnya. Bibir
lelaki itu tak berhenti melafalkan zikir.

Seorang dokter keluar, Rafli dan keluarga Nania mendekat.

"Pendarahan hebat."

Rafli membayangkan sebuah sumber air yang meluap, berwarna merah.

Ada varises di mulut rahim yang tidak terdeteksi dan entah bagaimana
pecah!

Bayi mereka selamat, tapi Nania dalam kondisi kritis.

Mama Nania yang baru tiba, menangis. Papa termangu lama sekali.
Saudara-saudara Nania menyimpan isak, sambil menenangkan orangtua
mereka.

Rafli seperti berada dalam atmosfer yang berbeda. Lelaki itu tercenung
beberapa saat, ada rasa cemas yang mengalir di pembuluh-pembuluh
darahnya
dan tak bisa dihentikan, menyebar dan meluas cepat seperti kanker.

Setelah itu adalah hari-hari penuh doa bagi Nania.

***

Sudah seminggu lebih Nania koma. Selama itu Rafli bolak-balik dari
kediamannya ke rumah sakit. Ia harus membagi perhatian bagi Nania dan
juga
anak-anak. Terutama anggota keluarganya yang baru, si kecil. Bayi itu
sungguh menakjubkan, fisiknya sangat kuat, juga daya hisapnya. Tidak
sampai
empat hari, mereka sudah oleh membawanya pulang.

Mama, Papa, dan ketiga saudara Nania terkadang ikut menunggui Nania di
rumah sakit, sesekali mereka ke rumah dan melihat perkembangan si kecil.
Walau tak banyak, mulai terjadi percakapan antara pihak keluarga Nania
dengan Rafli.

Lelaki itu sungguh luar biasa. Ia nyaris tak pernah meninggalkan rumah
sakit, kecuali untuk melihat anak-anak di rumah. Syukurnya pihak
perusahaan
tempat Rafli bekerja mengerti dan memberikan izin penuh. Toh, dedikasi
Rafli terhadap kantor tidak perlu diragukan.

Begitulah Rafli menjaga Nania siang dan malam. Dibawanya sebuah Quran
kecil, dibacakannya dekat telinga Nania yang terbaring di ruang ICU.
Kadang
perawat dan pengunjung lain yang kebetulan menjenguk sanak famili
mereka,
melihat lelaki dengan penampilan sederhana itu bercakap-cakap dan
bercanda
mesra.

Rafli percaya meskipun tidak mendengar, Nania bisa merasakan
kehadirannya.

"Nania, bangun, Cinta?"

Kata-kata itu dibisikkannya berulang-ulang sambil mencium tangan, pipi
dan
kening istrinya yang cantik.

Ketika sepuluh hari berlalu, dan pihak keluarga mulai pesimis dan
berfikir
untuk pasrah, Rafli masih berjuang. Datang setiap hari ke rumah sakit,
mengaji dekat Nania sambil menggenggam tangan istrinya mesra. Kadang
lelaki
itu membawakan buku-buku kesukaan Nania ke rumah sakit dan membacanya
dengan suara pelan. Memberikan tambahan di bagian ini dan itu. Sambil
tak
bosan-bosannya berbisik,

"Nania, bangun, Cinta?"

Malam-malam penantian dilewatkan Rafli dalam sujud dan permohonan.
Asalkan
Nania sadar, yang lain tak jadi soal. Asalkan dia bisa melihat lagi
cahaya
di mata kekasihnya, senyum di bibir Nania, semua yang menjadi sumber
semangat bagi orang-orang di sekitarnya, bagi Rafli.

Rumah mereka tak sama tanpa kehadiran Nania. Anak-anak merindukan
ibunya.
Di luar itu Rafli tak memedulikan yang lain, tidak wajahnya yang lama
tak
bercukur, atau badannya yang semakin kurus akibat sering lupa makan.

Ia ingin melihat Nania lagi dan semua antusias perempuan itu di mata,
gerak
bibir, kernyitan kening, serta gerakan-gerakan kecil lain di wajahnya
yang
cantik. Nania sudah tidur terlalu lama.

Pada hari ketigapuluh tujuh doa Rafli terjawab. Nania sadar dan wajah
penat
Rafli adalah yang pertama ditangkap matanya.

Seakan telah begitu lama. Rafli menangis, menggenggam tangan Nania dan
mendekapkannya ke dadanya, mengucapkan syukur berulang-ulang dengan
airmata
yang meleleh.

Asalkan Nania sadar, semua tak penting lagi.

Rafli membuktikan kata-kata yang diucapkannya beratus kali dalam doa.
Lelaki biasa itu tak pernah lelah merawat Nania selama sebelas tahun
terakhir. Memandikan dan menyuapi Nania, lalu mengantar anak-anak ke
sekolah satu per satu. Setiap sore setelah pulang kantor, lelaki itu
cepat-cepat menuju rumah dan menggendong Nania ke teras, melihat senja
datang sambil memangku Nania seperti remaja belasan tahun yang sedang
jatuh
cinta.

Ketika malam Rafli mendandani Nania agar cantik sebelum tidur.
Membersihkan
wajah pucat perempuan cantik itu, memakaikannya gaun tidur. Ia ingin
Nania
selalu merasa cantik. Meski seringkali Nania mengatakan itu tak perlu.
Bagaimana bisa merasa cantik dalam keadaan lumpuh?

Tapi Rafli dengan upayanya yang terus-menerus dan tak kenal lelah selalu
meyakinkan Nania, membuatnya pelan-pelan percaya bahwa dialah perempuan
paling cantik dan sempurna di dunia. Setidaknya di mata Rafli.

Setiap hari Minggu Rafli mengajak mereka sekeluarga jalan-jalan keluar.
Selama itu pula dia selalu menyertakan Nania. Belanja, makan di
restoran,
nonton bioskop, rekreasi ke manapun Nania harus ikut. Anak-anak, seperti
juga Rafli, melakukan hal yang sama, selalu melibatkan Nania. Begitu
bertahun-tahun.

Awalnya tentu Nania sempat merasa risih dengan pandangan orang-orang di
sekitarnya. Mereka semua yang menatapnya iba, lebih-lebih pada Rafli
yang
berkeringat mendorong kursi roda Nania ke sana kemari. Masih dengan
senyum
hangat di antara wajahnya yang bermanik keringat.

Lalu berangsur Nania menyadari, mereka, orang-orang yang ditemuinya di
jalan, juga tetangga-tetangga, sahabat, dan teman-teman Nania tak puas
hanya memberi pandangan iba, namun juga mengomentari, mengoceh, semua
berbisik-bisik.

"Baik banget suaminya!"

"Lelaki lain mungkin sudah cari perempuan kedua!"

"Nania beruntung!"

"Ya, memiliki seseorang yang menerima dia apa adanya."

"Tidak, tidak cuma menerima apa adanya, kalian lihat bagaimana suaminya
memandang penuh cinta. Sedikit pun tak pernah bermuka masam!"

Bisik-bisik serupa juga lahir dari kakaknya yang tiga orang, Papa dan
Mama.

Bisik-bisik yang serupa dengungan dan sempat membuat Nania makin
frustrasi,
merasa tak berani, merasa?

Tapi dia salah. Sangat salah. Nania menyadari itu kemudian. Orang-orang
di
luar mereka memang tetap berbisik-bisik, barangkali selamanya akan
selalu
begitu. Hanya saja, bukankah bisik-bisik itu kini berbeda bunyi?

Dari teras Nania menyaksikan anak-anaknya bermain basket dengan ayah
mereka. Sesekali perempuan itu ikut tergelak melihat kocak permainan.

Ya. Duapuluh dua tahun pernikahan. Nania menghitung-hitung semua,
anak-anak
yang beranjak dewasa, rumah besar yang mereka tempati, kehidupan yang
lebih
dari yang bisa dia syukuri. Meski tubuhnya tak berfungsi sempurna. Meski
kecantikannya tak lagi sama karena usia, meski karir telah direbut
takdir
dari tangannya.

Waktu telah membuktikan segalanya. Cinta luar biasa dari laki-laki biasa
yang tak pernah berubah, untuk Nania.


Diketik ulang oleh Juli Prasetio Utomo, 28 Juni 2005, dengan pembenahan
beberapa ejaan dan tanda baca.

Friday, October 14, 2005

the Spirit carries on

Where did we come from?
Why are we here?
Where do we go when we die?
What lies beyond
And what lay before?
Is anything certain in life?

They say, life is too short,
The here and the now
And you’re only given one shot
But could there be more,
Have I lived before,
Or could this be all that we’ve got?

If I die tomorrow
I’d be allright
Because I believe
That after we’re gone
The spirit carries on

I used to be frightened of dying
I used to think death was the end
But that was before
I’m not scared anymore
I know that my soul will transcend

I may never find all the answers
I may never understand why
I may never prove
What I know to be true
But I know that I still have to try

If I die tomorrow
I’d be allright
Because I believe
That after we’re gone
The spirit carries on

Move on, be brave
Don’t weep at my grave
Because I am no longer here
But please never let
Your memory of me disappear

Safe in the light that surrounds me
Free of the fear and the pain
My questioning mind
Has helped me to find
The meaning in my life again
Victoria’s real
I finally feel
At peace with the girl in my dreams
And now that I’m here
It’s perfectly clear
I found out what all of this means

If I die tomorrow
I’d be allright
Because I believe
That after we’re gone
The spirit carries on

You are once again surrounded by a brilliant white light. allow the light to lead you away from your past and into this lifetime. as the light dissipates you will slowly fade back
into conSness remembering all you have learned. when I tell you to open your eyes you will return to the present, feeling peaceful and refreshed. open your eyes, nicholas.

:: lirik yang bs diambil hikmahnya

Thursday, October 13, 2005

Glen F - Kisah Romantis

mengejar dirimu takkan ada habisnya
membuat diriku menggila
bila hati ini menjatuh kan pilihan
apapun akan kulewati

hari ini sayang, sangat penting bagiku
kau jawaban yang aku cari
kisah hari ini kan kubagi denganmu
dengarlah sayang kali ini
permintaanku padamu

dan... dengarlah sayangku
aku mohon kau menikah denganku
ya.. hiduplah denganku
berbagi kisah hidup berdua
(habiskan sisa hidup... menikahlah denganku...)

cincin ini sayang.. terukirkan namamu
begitu juga dihatiku
hujan warna-warni kata orang tak mungkin
namun itu mungkin bagiku
sebuah tanda cintaku

: keren juga lagunyaaa

Renungan Malam

malam kelam menemaniku
untuk bersama mengarungi waktu
sekian lama berjalan
tanpa arah dan tujuan pasti

andaikan waktu bisa membantu
untuk menemukan arah tujuanku
agar aku kan selalu tegar
mengarungi hari hariku

badan ini, jiwa ini, raga ini
terasa lelah dan tak bertenaga
untuk terus berjalan kearah yang tak tentu
agar ku menemukan semua jawaban

hadirkanlah diriku pada satu kepastian
kepastian untuk melangkah bersama
bersama jiwa, raga, pikiran dan hati ini
meraih kebahagian sejati

Thursday, October 6, 2005

Poto Poto Karangan Sendiri




poto poto yang direbuild by my hand

Father Prayer

Build me a son, O Lord, 
who will be strong enough to know when he is weak, 
and brave enough to face him self when he is afraid; 
one who will be proud and unbending in honest defeat, 
and humble and gentle in victory.

Build me a son whose wishbone will not be 
where his backbone should be;
a son who will know Thee- and that 
to know himself is the foundation stone of knowledge. 

Lead him, I pray, not in the path of ease and comfort, 
but under the stress and spur of difficulties and challenge. 
Here, let him learn to stand up in the storm; 
here, let him team compassion for those who fall.

Build me a son whose heart will be clear, whose goals will be high; 
a son who will master himself before he seeks to master other men; 
one who will learn to laugh, yet never forget how to weep; 
one who will reach into the future, yet never forget the past.

And after all these things are his, 
add, I pray, enough of a sense of humor, 
so that he may always be serious, 
yet never take himself too seriously. 

Give him humility, so that he may always remember 
the simplicity of true greatness, 
the open mind of true wisdom, 
the meekness of true strength. 

Then I, his father, will dare to whisper, 
"I have not lived in vain."

Douglas Mc Arthur
In the middle Pacific War

Untuk Jalan Yang Tlah DiLalui

aku iringkan diriku
bersama jiwa yang sepi
menapak didekat kokohmu
melewati asa yang berlalu

ku ciumi hawamu
yang memberikan arti dalam jiwa
yang mampu melahirkan keberanian
untuk berada disampingmu

keanggunan ragamu
kemegahan auramu
mengiringi setiap langkah
yang terasa berat

keindahan dirimu
yang menghancurkan ego
bagi setiap insan
memberi arti sendiri
dalam setiap cobaan

kuharap kaupun bisa
menyatukan mereka

^semut^

Thursday, September 29, 2005

That's What Friends Are For

BuaT ALL My FriEnD..........

And I never thought I'd feel this way
And as far as I'm concerned
I'm glad I got the chance to say That I do believe I love you
And if I should ever go away
Well then close your eyes and try
To feel the way we do today and then if you can remember

Keep smilin' keep shinin'
Knowing you can always count on me for sure
That's what friends are for
For good times and bad times
I'll be on your side forever more
That's what friends are for

Well you came and opened me
And now there's so much more I see
And so by the way I thank you
And then for the times when we're apart
Well then close your eyes and know
These words are coming from my heart
And then if you can remember

Keep smilin' keep shinin'
Knowing you can always count on me for sure
That's what friends are for
In good times and bad times
I'll be on your side forever more
Ohh That's what friends are for

Keep smilin' keep shinin'
Knowing you can always count on me for sure
That's what friends are for
For good times and bad times
I'll be on your side forever more
That's what friends are for

Keep smilin' keep shinin'
Knowing you can always count on me oh for sure
That's what friends are for
For good times and for bad times
I'll be on your side forever more
That's what friends are for

Monday, September 19, 2005

Puncak Abadi Para Dewa


Mendaki melintas bukit
Berjalan letih menahan menahan berat beban
Bertahan didalam dingin
Berselimut kabut Ranu Kumbolo...

Menatap jalan setapak
Bertanya - tanya sampai kapankah berakhir
Mereguk nikmat coklat susu
Menjalin persahabatan dalam hangatnya tenda
Bersama sahabat mencari damai
Mengasah pribadi mengukir cinta

Mahameru berikan damainya
Didalam beku Arcapada
Mahameru sebuah legenda tersisa
Puncak abadi para dewa

Masihkah terbersit asa
Anak cucuku mencumbui pasirnya
Disana nyalimu teruji
Oleh ganas cengkraman hutan rimba

Mahameru berikan damainya
Didalam beku Arcapada
Mahameru sampaikan sejuk embun hati
Mahameru basahi jiwaku yang kering
Mahameru sadarkan angkuhnya manusia
Puncak abadi para dewa...

Friday, July 1, 2005

Sahabat Sejati.....

Apa yang kita alami demi teman kadang melelahkan dan menjengkelkan,
tetapi itulah yang membuat persahabatan mempunyai nilai yang indah.
Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan, tetapi persahabatan
sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan bertumbuh bersama
karenanya...

Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi membutuhkan proses
yang panjang. Seperti besi menajamkan besi, demikianlah sahabat
Menajamkan sahabatnya.

Persahabatan diwarnai dengan berbagai pengalaman. Suka dan duka,
dihibur-disakiti, diperhatikan-dikecewakan, didengar-diabaikan,
dibantu-ditolak, namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan dengan
tujuan kebencian.

Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari
perselisihan, justru karena kasihnya ia memberanikan diri menegur apa
adanya. Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman, tetapi
menyatakan apa yang amat menyakitkan dengan tujuan sahabatnya mau
berubah.

Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha pemeliharaan dari
kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita membutuhkan bantuan barulah
kita memiliki motivasi mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan
kasih dari orang lain, tetapi justru ia beriinisiatif memberikan dan
mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya. Kerinduannya menjadi
bagian dari kehidupan sahabatnya, karena tidak ada persahabatan yang
diawali dengan sikap egois.

Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati, namun tidak semua orang
berhasil mendapatkannya. Banyak pula orang yang telah menikmati
indahnya persahabatan, namun ada juga yang begitu hancur karena
dikhianati sahabatnya.

Beberapa hal yang sering menjadi penghancur persahabatan antara lain :
1. Masalah bisnis UUD (Ujung-Ujungnya Duit)
2. Ketidakterbukaan
3. Kehilangan kepercayaan
4. Perubahan perasaan antar lawan jenis
5. Ketidak setiaan.

Tetapi penghancur persahabatan ini telah berhasil dipatahkan oleh
sahabat-sahabat yang teruji kesejatian motivasinya.

Mempunyai satu sahabat sejati lebih berharga dari seribu teman yang
mementingkan diri sendiri.

DALAM MASA KEJAYAAN, TEMAN-TEMAN MENGENAL KITA.
DALAM KESENGSARAAN, KITA MENGENAL TEMAN-TEMAN KITA.

Ingatlah kapan terakhir kali anda berada dalam kesulitan. Siapa yang
berada di samping anda? Siapa yang mengasihi anda saat anda merasa
tidak dicintai? Siapa yang ingin bersama anda pada saat tiada satu
pun yang dapat anda berikan? Merekalah sahabat-sahabat anda. Hargai
dan peliharalah selalu persahabatan anda dengan mereka.

*diambil dari seorang teman*

Tuesday, June 28, 2005

Lembayung Bali

menatap lembayung dilangit bali
dan kusadari betapa berharga kenanganmu

dikala jiwaku tak terbatas
bebas berandai mengulang waktu

hingga masih bisa kuraih dirimu
sosok yang mengisi kehampaan kalbuku
bilakah diriku berucap maaf
masa yang tlah kuingkari dan meninggalkanmu
oo.... cinta

temen yang terhanyut arus waktu
mekar mendewasa
masih tersimpan suara tawa kita
kembalilah sahabat lawasku
semarak keheningan lugu

hingga masih bisa kurangkul kalian
sosok yang mengaliri cawan hidupku
bilakah kita menangis bersama
agar melawan tempaan semangatmu itu
oo... jingga

hingga masih bisa kujangkau cahaya
skejap menyalakan hasrat diriku
bilakah kuhentikan pasir waktu
tak terbangun dari khayal keajaiban ini
oo... mimpi

andai ada satu cara tuk kembali menatap angkuh suryamu
lembayung bali

*dedicated for all my friends*

Bunga Yang Layu

Di taman bunga yang indah

Beraneka ragam bunga yang indah terdapat disana

Bermacam warna serta bentuknya

Tetapi ada satu bunga yang tampak layu

Warnanya yang tidak segar lagi

Menandakan ketidak haruman wanginya

Ku melihat bunga lain yang lebih indah bentuknya

Ku hampiri bunga-bunga yang indah bentuknya itu

Ku cium wanginya satu per satu

Tetapi tidak ada yang harum wanginya

Ku alihkan pandanganku kepada bunga layu itu

Ku hampiri bunga itu dan ku cium wanginya

Baru aku sadari

Bunga layu itu yang kukira tidak sewangi bunga yang lain itu

Mempunyai keharuman yang lebih harum daripada bunga lain

Father's Prayer

Build me a son, O Lord, who will be strong enough
To know when he is weak and brave enough to face himself when he is afraid;
One who will be proud and unbending in honest defeat,
And humble, and gentle in victory.

Build me a son whose wishes will not take the place of deeds;
A son who will know Thee – and that to know himself is the foundation stone of knowledge.
Lead him, I pray, not in the path of ease and comfort, but under the stress and spur of difficulties and challenge. Here, let him learn to stand up in the storm; here let him learn compassion for those that fail.

Build me a son whose heart will be clear, whose goal will be high, a son who will master himself before he seeks to master other men, one who will reach into the future, yet never forget the past.

And after all these things are his, add, I pray, enough of a sense of humor, so that he may always be serious, yet never take himself too seriously. Give him humility, so that he may always remember the simplicity of true greatness, the open mind of true wisdom, and the meekness of true strength.

Then I, his father, will dare to whisper, "I have not lived in vain."

( This reflection was written by General MacArthur, during his early days in the Phillipines during the Pacific War, and was left as a spiritual legacy to his son Arthur. Made public after the general’s death in 1964.)

Sunday, June 19, 2005

Perjalanan Hura-hura ke TNGP


setelah sekian lama akhirnya dapat terwujudkan

perjalanan sama anak2 pendaki

Sunday, May 29, 2005

Monday, May 23, 2005

Perjalanan Kesekian kalinya ke TNGP

tanggal 20-22 mei 2005 mungkin ini adalah perjalanan yang cukup membuat hati ingin terus melakukan pendakian. karena pendakian ke Gunung Gede Pangrango mungkin pada saat moment2 tertentu, namun kali ini perjalanan hura hura tetapi memberikan moment yang takterlupakan. Pendakian bersama teman teman dari surabaya,solo,bandung dll yang baru kali ini dapat saya rasakan, dan juga pendakian ini berbarengan dengan perjalanan bebas anggota sabhawana yang ke 27. saya merasakan kenangan tersendiri bila melihat adik adik di sabhawana yang melakukan pendakian, karena saya dulu sama seperti mereka dan disaat seperti mereka itulah awal dari segala kegiatan yang saya lakukan saat ini. saya dapat mengenal berbagai komunitas-komunitas yang cukup luas dalam kegiatan outdoor ini,dan memberikan berbagai macam pengalaman yang luar biasa.

setelah sekian lamanya saya melakukan pendakian ke gunung gede oangrango, dipendakian ini saya tidak menginjakkan dikedua puncak gunung tersebut melainkan ke tempat yang tidak kalah mengesankan dari kedua puncak tersebut. saya merasakan keasrian sebuah suasana disaat menuju tempat tersebut, yang mungkin cukup berbeda dengan keadaan di sepanjang jalur menuju gn gede pangrango. saya bersama boim, dan dini menelusuri jalan yang di pandu oleh kang dian menuju sebuah sisi lain dari TNGP, yang pada awalnya saya cukup meragukan keadaan tempat tersebut. namun setelah 1/2 jam perjalanan saya merasakan nuansa yang cukup berbeda dan sangatlah indah, saya mencium bau dari kawah besar dari gn gede. namun karena jalan menuju tempat ini sangatlah tertutup, sehingga kami memeberikan sedikit2 tanda pada jalan yang telah kami lalui. perjalanan semakin mengesankan saat saya melihat dinding2 kawah gn gede yang cukup megah, dan diperjalanan menuju kawah tersebut boim dan dini memberikan buah yang cukup membuat saya bingung, namun setelah beberapa saat saya ikut mencari dan memakan buah cantiga, buah yang seperti anggur. setelah beberapa lama terlihat jelas punggungan puncak gn gede yang cukup ramai diatasnya oleh pendaki-pendaki.

ini merupakan moment yang cukup indah, dimana pendakian ini berbeda dari pendakian saya sebelumnya. karena perjalanan ini merupakan suatu keinginan saya saat pertama kali saya melakukan pendakian ke gn gede ini. setelah lima tahun baru terjadi perjalanan ini, perjalanan ke kawah besar gn gede...

 

Website Pecinta Alam SMU 3 Jakarta

http://www.sabhawana.com

Saturday, April 9, 2005

Save Pangrango

Start:     May 5, '05 8:00p
End:     May 8, '05
Location:     Cibodas - Gn Pangrango
Kepada Segenap Komunitas dan khalayak pecinta lingkungan.

Dengan hormat ,

Dengan ini, kami sampaikan bahwa Komunitas milis Pangrango akan
mengadakan kegiatan sbb. :


Kegiatan : Operasi Bersih TNGP dengan tema "Save Pangrango"
Tanggal : 5 – 8 mei 2005
Lokasi : Taman Nasional Gunung Gede - Pangrango, Cianjur, Jawa
Barat.
Tujuan : 1.Berpartisipasi pada Earth Day (Hari Bumi ) 2005
2.Berpartisipasi dalam melakukan menumbuhkan kecintaan masyarakat
terhadap lingkungan

Sehubungan dengan pelaksanaannya, kami mengundang Sdr/i untuk
berpartisipasi dalam kegiatan tsb. Terlampir formulir peserta “Save Pangrango”
2005.
Pendaftaran akan ditutup pada tgl. 15 April 2005.
Atas perhatian dan partisipasi Sdr/i, kami mengucapkan terimakasih


Salam lestari,


Panitia “Save Pangrango”



FORMULIS PENDAFTARAN
Silahkan mengisi Formulir ini dan kirim japri ke opsih@gunung.org

Keterangan.
1. Jika mewakili Organisasi harap di isi nama dan alamat organisasi,
dan data diri semua anggota team.
2. Jika atas nama pribadi cukup mengisi data diri saja.


Data Organisasi

Nama Organisasi :
Alamat Sekretariat :


Data Diri

Nama :
Alamat :
Sex : L / P
Gol.Darah : A / B / AB / O / *
Umur :
No.KTP/SIM :
HP :
Fax :
E-mail :

Keterangan lain :


Jakarta,

Nama dan Tanda Tangan Peserta (salah satu)

PERSYARATAN PESERTA :

1. Biaya pendaftaran Rp.50.000/orang
2. Peserta akan mendapatkan Tshirt,2 kali makan , transportasi dari
jakarta - cibodas.
2. Sehat jasmani dan rohani serta telah biasa mendaki gunung
3. Setiap organisasi dapat mengirimkan tim, yang mana setiap
teamterdiri atas 3 orang
4. Membawa perlengkapan dan perbekalan perjalanan pribadi maupun
kelompok :
a. Pribadi :ransel, jas hujan, sepatu gunung, pakaian ganti, topi,
senter, snack/soft drink, obat-obatan pribadi
b. Kelompok :tenda untuk 3 orang (wajib dan harus), alat masak
kompor dan bahan bakar kompor
Panitia hanya menyediakan makan pagi pada saat keberangkatan dan makan
siang di akhir acara (2 kali makan)
6. Sebagai wujud ajang kebersamaan, pembelajaran dan keakraban, pada
saat pelaksanaan Opsih, peserta akan diacak antar tim
7. Daftar ulang ke Panitia Pendaftaran pada Jumat, 6 Mei 2005 di ……,
dengan membawa : copy KTP/SIM dan formulir pendaftaran asli (bila
belum diserahkan) serta membayar biaya pendaftaran.
8. Mentaati tata tertib dan peraturan yang telah di tetapkan panitia.
9. Pendaftaran dimulai dari 28 April - 15 Mei 2005.
Pendaftaran dan informasi lebih lanjut dapat menghubungi e-mail atau
contact person.
a. mail : opsih@gunung.org
b. website : http://gunung.org/
c. Kontak person : Untuk mengambil dan mengembalikan formulir + copy
KTP/SIM + biaya pendaftaran

Kontak person :
- Sudaryanto ( bleem ) HP. 081584000178 telp. 5266520 ext 710 fax.
5266521
- Isni ( bubun ) HP.
- Budi Mulyana ( hijjau) Hp.
- Agung (potret) Hp.


Pendaftaran dapat melalui : fax Formulir dan Copy KTP dan
ditujukan/UP-kan kepada nama contact person
Pembayaran biaya pendaftaran
1. dapat di transfer :
ke BCA kcp Pasar Cikini no. rek . 305-130914-4 A/n : SABATH DILPA
MARYO

setelah transfer harap segera konfirmasi balik kepada Kawan Abath di
08158100043 atau langsung posting di
milist dengan subject Konfirmasi Transfer Atas Nama …….)

2. Di serahkan langsung dapat pula di titipkan kepada panitia setiap
hari rabu dan jumat di arena wall climbing p[asar festifal kuningan.


Semoga apa yang kita lakukan bermanfaat untuk kehidupan berkelanjutan
nanti.

salam lestari.

mod. pangrango.

Monday, April 4, 2005

Rinjani Agustus 2001




Perjalanan Tapak Rinjani V

Monday, January 10, 2005

panjat




perjalanan panjat