Wednesday, July 16, 2008

Sejarah Teh

Teh termasuk jenis minuman dengan sejarah terpanjang. Dia ditemukan tanpa sengaja nun jauh di Negeri Cina. Di Indonesia, teh pada awalnya hanyalah sebentuk tanaman hias. Baru berkembang jadi komoditas di era Tanam Paksa. Hampir tak ada bangsa di dunia yang kesehariannya lepas dari minuman bernama teh. Minuman dari ekstrak dedaunan ini hadir di berbagai acara, formal atau nonformal. Budaya minum teh telah menjadi bagian dari sejarah dunia. Teh adalah minuman yang diperoleh dari pucuk atau tangkai daun yang dikeringkan dari semak camellia sinesis. Minuman ini terbagi menjadi empat kelompok yang berasal dari tanaman teh, yakni teh hitam, teh oolong, teh hijau, dan teh putih. Ada pula minuman dari buah, rempah-rempah, tanaman obat yang diseduh serta menggunakan istilah teh, seperti teh rosehip, camomile, krisan dan Jiaogulan. Teh yang tidak mengandung daun teh disebut teh herbal. “Teh itu berasal dari bahasa Cina, yaitu tay,” ujar Profesor Dr Ali Khomsan, Ahli Gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Cina memang dipercaya sebagai tempat kelahiran tanaman ini. Berbagai kisah menyebar di Cina sendiri mengenai asal usul teh. Yang paling mendunia adalah tentang Kaisar Shen Nung yang hidup sekitar tahun 2737 SM. Kaisar ini dikenal sebagai Bapak Tanaman Obat-Obatan Tradisional di Cina pada saat itu. Konon, suatu hari sang Kaisar sedang bekerja di salah satu sudut kebunnya. Ketika itu, ia juga merebus air di kuali di bawah pohon yang rindang. Saat bersamaan, angin berhembus cukup keras, menggugurkan beberapa helai daun ke dalam kuali dan ikut terseduh. Ketika diminum, Kaisar mengaku airnya menjadi lebih sedap dari air putih biasa dan badannya pun lebih segar. Daun teh yang tanpa sengaja ikut terseduh tersebut, sejak saat itu mulai dikenal dan disebarluaskan. Tak lama setelah itu, bangsa Jepang mulai mengembangkan penanaman teh sejak 800 M. Mereka menjadikannya sebagai bagian tradisi sosial dan agama. Tanaman teh dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis dengan curah hujan tidak kurang dari 1500 mm. ''Tanaman teh memerlukan kelembaban tinggi dengan temperatur udara 13-29,5 derajat celsius. Tanaman ini tumbuh baik di dataran tinggi dan pegunungan berhawa sejuk,'' lanjut Ali. Senada dengan Ali, dr Ekky M Rahardja MS, spesialis gizi medis RS Graha Medika juga mengatakan hal yang sama. ''Masyarakat Cina, Himalaya, ataupun Tibet memiliki tradisi minum teh setiap hari. Budaya ini juga terdapat di Jepang. Manfaat teh memang cukup banyak dan aman dikonsumsi,'' kata Ekky. Selama masa pemerintahan Dinasti Han Tang Soon dan Yuan, komoditas teh diperkenalkan ke dunia luar. Salah satu caranya antara lain melalui pertukaran kebudayaan menyeberangi Asia Tengah, menyusuri Jalur Sutra. Di Cina terdapat banyak rumah minum teh yang menyediakan beberapa jenis teh. Bahkan, ketika jaman Dinasti Song, banyak diselenggarakan pesta teh yang bentuknya sepertiwine tastingpada zaman modern. Pada tahun 1644, East India Company (EIC), perusahaan perdagangan Inggris di bawah pemerintahan Ratu Elizabeth I, membuka kantor di Xiamen. Pada masa itulah, daun teh dikenal umum sebagai minuman yang diseduh dengan air panas. EIC mendapatkan lisensi untuk mendatangkan teh pada tahun 1669 dari Cina ke Inggris dengan menggunakan kapal Elizabeth I. Sejak saat itu hingga sembilan tahun kemudian mereka memonopoli perdagangan teh. Bagian cukup menarik dari kisah perdagangan teh adalah ketika EIC pada tahun 1773 boleh berdagang langsung dari Cina ke Amerika. Pada saat itu, Amerika masih termasuk ke dalam koloni bangsa Inggris. Perdagangan ini memotong jalur perdagangan dan perpajakan yang merugikan eksportir Eropa dan importir Amerika. Peristiwa itu mengakibatkan marahnya penduduk Boston. Saat kapal pengangkut teh merapat di pelabuhan Boston, serentak penduduk kota tersebut menaiki kapal dan membuang seluruh peti yang berisi teh ke dalam laut. Di Indonesia, minuman teh dikenal sejak tahun 1686 ketika seorang Belanda bernama Dr. Andreas Cleyer membawanya. Pada saat itu teh hanya digunakan sebagai tanaman hias. Baru pada tahun 1728, pemerintah Belanda mulai memperhatikan teh dengan mendatangkan biji teh secara besar-besaran dari Cina untuk dibudayakan di pulau Jawa. Usaha tersebut tidak terlalu berhasil. Baru pada tahun 1824, setelah Dr Van Siebold, ahli bedah tentara Hindia Belanda yang pernah melakukan penelitian alam di Jepang untuk mempromosikan usaha pembudidayaan dengan bibit teh dari Jepang. Usaha perkebunan teh pertama dipelopori oleh Jacobson pada tahun 1828. Sejak itu teh menjadi komoditas yang menguntungkan pemerintah Hindia Belanda. Pada era pemerintahan Gubernur Van Den Bosh, teh menjadi salah satu komoditas yang harus ditanam rakyat melalui politik Tanam Paksa. Pada masa kemerdekaan, usaha perkebunan dan perdagangan teh diambil alih pemerintah. Sekarang, perkebunan dan perdagangan teh juga dilakukan oleh pihak swasta. source:inilah.com

No comments: